Budak yang Menyuarakan Luka



 Sojourner Truth (1797–1883) adalah sosok yang namanya seolah menyala di tengah kegelapan sejarah Amerika. Ia lahir sebagai budak dengan nama Isabella Baumfree di New York, sebuah masa di mana tubuh dan hidupnya bukan miliknya sendiri. Namun, pada 1826, ia melarikan diri, meninggalkan rantai perbudakan, dan memilih nama baru: Sojourner Truth, yang berarti “Pengelana Kebenaran.”

Ia bukan sekadar bebas; ia menjadi suara bagi mereka yang dibungkam. Dalam pertemuan-pertemuan publik, dengan suara yang lantang dan penuh keyakinan, ia berbicara tentang kebebasan, keadilan, dan kesetaraan. Salah satu momen terkenalnya adalah pidato “Ain’t I a Woman?”, di mana ia menantang pandangan sempit tentang gender dan ras. Ia berdiri di hadapan para lelaki yang meremehkan perempuan kulit hitam, dan dengan keberanian tanpa ragu, mengingatkan mereka bahwa dirinya adalah perempuan yang bekerja keras, melahirkan, dan menderita—namun tetap manusia yang setara.

Selain itu, Sojourner juga mendukung gerakan penghapusan perbudakan dan memperjuangkan hak pilih perempuan. Kehadirannya bukan sekadar simbol perlawanan, tetapi bukti bahwa kebenaran bisa mengguncang sistem yang paling kejam.

Hari ini, ketika dunia masih bergulat dengan diskriminasi, nama Sojourner Truth tetap berdiri sebagai pengingat: suara seorang perempuan yang pernah diperbudak dapat menggema sepanjang zaman, mengajarkan bahwa keberanian sejati lahir dari luka yang tidak disembunyikan, melainkan disuarakan. @@@

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Budak yang Menyuarakan Luka"

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat :), jangan lupa tinggalkan jejak....