TRAGEDI PRENJAK-KEDASIH

Ini adalah tragedi yang menguras perasaan dari dunia burung. Ikutilah kisah burung prenjak dan burung kedasih ini. Dunia ilmu pengetahuan mengenalnya sebagai fenomena parasit sarang.
Telur burung kedasih di antara telur-telur burung prenjak


Burung kedasih tidak bisa membuat sarang. Kelemahan itu ditambah lagi dengan tidak mau memelihara keturunannya. Maka ketika mau bertelur, burung kedasih mencari burung yang akan menjadi inang bagi anaknya. Seringkali pilihannya adalah burung prenjak.

Ketika burung prenjak masih di sarangnya, burung kedasih mengintipnya. Dan ketika burung prenjak terbang untuk mencari makan, burung kedasih segera bertelur di sarang burung prenjak. Telur burung kedasih lebih besar dibanding burung prenjak. Tapi namanya juga burung, prenjak tidak curiga sarangnya berubah. Dia tidak menghitung berapa jumlah telur saat dia meninggalkannya. Juga tidak curiga ada satu telur yang berbeda di antara telur-telurnya.
Sejak menetas, burung kedasih sudah punya naluri untuk menyingkirkan telur-telur prenjak dari sarangnya. 

Tapi meski lebih besar, telur burung kedasih lebih cepat menetas. Luar biasanya, meski baru menetas naluri burung kedasih ini sudah menjengkelkan yang memperhatikan. Dia akan mendorong telur-telur prenjak yang belum menetas ke luar sarang. Tentu saja telur-telur prenjak itu akan busuk.
Burung prenjak menyuapi "anak asuhnya" si burung kedasih. Mungkin dia sudah merasakan kelainan anaknya yang bongsor. Tapi dia yang mengeraminya, jadi tetap sayang. Ehm, susah ngomennya hiks hiks....

Dan si burung prenjak, masih tidak tahu kalau telur yang baru menetas itu bukan anaknya. Dia akan memberinya makan dan mengasuhnya setiap hari. Hasilnya, menjadi potret yang mengharukan. Induk prenjak sedang memberi makan “anaknya” yang bertubuh lebih besar darinya.
Bagaimana bila kita menjadi burung prenjak? Atau bila menjadi anak kedasih yang tidak sadar mesti “mencelakai” adik-adiknya, bagaimana perasaan kita? Ini adalah fenomena menarik. Sudahkah punya ide untuk dibuat cerpen? **


sumber foto: Widya Wiyata Pertama, Tigaraksa

Subscribe to receive free email updates:

9 Responses to "TRAGEDI PRENJAK-KEDASIH"

  1. Izin copas ya Isti. Terima kasih... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silahkan Yumna, asal cantumkan sumbernya aja ya. Terima kasih udah berkunjung....

      Delete
  2. Ya... bisa juga manusia yang seperti burung hehe...

    ReplyDelete
  3. iya burung Kedasih memang burung Raja Tegaaaaa.... lain dari temen saya Raja Minyak dari Medan....

    ReplyDelete
  4. Berapa lama burung kadasih menetas ,,

    ReplyDelete
  5. Berapa lama burung kadasih menetas ,,

    ReplyDelete
  6. Kalau berapa lama telur burung kedasih menetas, kita belum menemukan infonya. Tapi pernyataan Pakar Burung Fakultas Kehutanan IPB, Dr Yeni Aryani Mulyani: "Hebatnya, telur burung Kedasi umumnya menetas lebih cepat daripada telur burung inang, sehingga ketika telah menjadi piyik, si piyik ini akan menendang keluar telur-telur lain maupun piyik yang lebih kecil dari sarang. Dengan demikian inang hanya akan membesarkan anak si Kedasi." (detik.com, 14 Maret 2015)

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat :), jangan lupa tinggalkan jejak....